Demokratik Empatif Cukup Efektif Diterapkan Dalam Pola Asuh Anak

Denpasar. Menghadapi jaman di era digital, tentunya membuat orang tua harus memutar otak dalam menerapkan pola asuh anak, sehingga nantinya anak dapat berkembang sesuai dengan usia pertumbuhannya. Pola asuh secara demokratik empatif dinilai cukup efektif  dalam mengembangkan potensi anak secara optimal. Hal tersebut diungkapkan Dra. Retno IG.Kusuma, seorang psikolog yang hadir sebagai narasumber dalam seminar parenting bertema “Anak Masa Kini Ortu Masa Gitu” yang digelar Kanreg X BKN pada Senin (28/11).

parenting2Dra. Retno IG.Kusuma saat menjelaskan perkembangan otak kanan dan kiri pada laki-laki dan perempuan

Lebih lanjut dijelaskan, pola asuh demokratik empatif merupakan cara pengasuhan yang berbasis pada P & 3K, yaitu Perhatian, Kasih sayang, Konsistensi dan Kebutuhan Anak. Melalui Penerapan pola asuh ini akan tercipta suatu situasi yang akan membuat anak berkembang secara optimal dan menerima rangsangan/stimulasi dengan rasa nyaman dan aman. Pola asuh ini juga memakai unsur komunikasi asertif dan mengajarkan anak untuk mengekspresikan kebutuhan dan kondisikan secara jujur dan terbuka dengan bahasa positif. “Terkadang orang tua memberikan pertanyaan seakan menginterogasi sang anak, seperti misalnya belajar apa tadi di sekolah? Atau sudah makan atau belum?. Cobalah untuk merubah pertanyaan tersebut, seperti misalnya menceritakan kepada sang anak tentang perjalanan dari kantor hingga ke rumah. Dengan demikian anak pun akan bercerita dengan sendirinya tentang apa yang sudah dialaminya. Komunikasipun akan berjalan diantara orang tua dan anak.”

Selain itu, Psikolog yang juga pengasuh rubrik konsultasi anak di sebuah media cetak di Bali ini juga mengatakan bahwa pola asuh pada anak laki-laki dan perempuan juga memiliki perbedaan. “Pada usia enam hingga dua belas tahun, otak kanan dan kiri laki-laki akan mulai berkembang dan baru akan berkembang beriringan menginjak usia delapan belas tahun. Sehingga tidak heran jika anak laki-laki lebih banyak bermain daripada anak perempuan. Tetapi biarkan saja selama itu wajar. Bila orang tua melarang, maka anak akan semakin berani untuk melakukannya. Sementara pada perempuan, saat usia  nol hingga enam tahun otak kanan dan kiri perempuan tumbuh dengan kecepatan yang berimbang. Jadi tidak heran jika anak perempuan lebih rajin dan cepat belajar dalam menulis dan membaca daripada anak laki-laki.”

Menutup seminar parenting, Retno IG.Kusuma membuka sesi tanya jawab bagi 3 peserta serta pembagian doorprize. (IRN/YDN)