Inovasi dilahirkan untuk memberikan solusi untuk mengatasi sebuah permasalahan. Inovasi seharusnya bermanfaat dan bukan menghambat layanan. Untuk mengetahui efektivitas sebuah inovasi perlu dilakukan pengukuran efektivitas inovasi.
Kantor Regional secara berkala melakukan pengukuran efektivitas sebuah inovasi. Setelah pada tahun-tahun sebelumnya melakukan pengukuran efektivitas beberapa inovasi, kali ini pengukuran dilakukan untuk mengetahui indeks efektivitas inovasi Knowledge Managament System Manajemen Aparatur Sipil Negara (KMS MASN). Inovasi yang diluncurkan pemanfaatannya secara luas pada Mei 2022 ini hingga kini telah menerbitkan lebih dari 23.600 sertifikat atau setara 47.200 Jam Pelajaran (JP) bagi penggunanya. Kalau asumsi 1 JP senilai Rp. 200.000, maka potensi penghematan dari pemanfaatan KMS MASN sebanyak Rp. 9.440.000.000,-. Nilai penghematan anggaran yang cukup signifikan berpotensi terus meningkat ke depannya.
Ketersediaan dukungan anggaran menjadi hambatan klasik untuk pemenuhan kewajiban ASN untuk melakukan pengembangan kompetensi (PNS minimal 20 JP setahun dan PPPK maksimal 24 JP setahun). Kehadiran inovasi KMS MASN diharapkan dapat menjadi solusi praktis, gratis dan kolaboratif dalam pemenuhan kewajiban dimaksud. Merujuk pada ketentuan Keputusan Kepala kantor Regional X BKN Denpasar No. 10 tahun 2024 tentang Pedoman Pengelolaan dan Tim Manajemen Inovasi pada Kantor Regional X BKN Denpasar, setelah disosialisasikan dan diimplementasikan maka untuk mengetahui efektivitas inovasi perlu dilakukan pengukuran efektivitas inovasi untuk mengetahui seberapa efektif inovasi yang dilakukan dapat mengatasi masalah aktual dan juga potensi permasalahan dikemudian hari. Memenuhi ketentuan tersebut perlu dilakukan pengukuran efektivitas inovasi yang sudah dibuat dengan instrumen dengan referensi ilmiah dan validitas memadai. Dari pengukuran ini diharapkan dapat diperoleh data efektivitas inovasi sebagai bahan pengambilan kebijakan dan langkah perbaikan berkelanjutan, mendapatkan feedback atas efektivitas inovasi dan penyempurnaan inovasi; dan menyediakan data dukung pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan Kanreg X BKN
Pengukuran efektivitas inovasi Kantor Regional X BKN Denpasar dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner berdasarkan pendekatan ilmiah Teori Acceptance Model (TAM) yang menggambarkan penerimaan sebuah teknologi karena kemudahan, manfaat hingga keputusan penggunaan. Efektivitas diukur dengan pendekatan tiga dimensi (kemudahan, manfaat dan keputusan penggunaan) yang dituangkan dalam 18 item pernyataan. Kuesioner dengan skala likert 1 s/d 5 kemudian diolah untuk mendapatkan kategorisasi efektivitas inovasi dengan kategorisasi indeks: kurang efektif (1-2), cukup efektif (2,1 - 3), efektif (3,1 -4), sangat efektif (4,1 - 5). Pengukuran dilaksanakan pada 25 Juli 2024 dengan menggunakan Google Form yang dikirim ke ASN pengguna KMS MASN.
Responden pengukuran adalah para pengguna layanan di wilayah kerja Kanreg X BKN Denpasar yang sudah mengalami dan menggunakan inovasi layanan KMS MASN. Penyebaran kuesioner dilakukan secara acak. Sebaran responden pengukuran efektivitas ini sebanyak 40 orang responden yang terdiri dari 19 orang ASN instansi daerah dan 21 orang ASN instansi pusat, sehingga sebagian besar responden berasal dari instansi pusat.
Dari tabulasi hasil kuesioner, rentang usia responden 20 hingga di atas 50 tahun, dengan rincian 20 - 25 Tahun 1 orang, 26 - 30 Tahun 6 orang, 31 - 35 Tahun 9 orang, 36 - 40 Tahun 9 orang, 41 - 45 Tahun 9 orang, 46 - 50 tahun 2 orang, > 50 tahun sebanyak 4 orang. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berusia 31 s/d 45 tahun.
Dari hasil pengukuran dan pengolahan diperoleh kesimpulan bahwa Indeks Efektivitas Virtual Helpdesk Kantor Regional X BKN sebesar 4,58 atau termasuk kategori Sangat Efektif. Dari hasil analisis pengolahan merujuk ke teori TAM, juga dapat diketahui bahwa dimensi manfaat mendapatkan indeks tertinggi dengan indeks rata-rata sebesar 4,63, kemudian disusul dimensi keputusan penggunaan dengan indeks rata-rata 4,61 dan dimensi kemudahan dengan indeks rata-rata 4,51. Sementara dari hasil pengukuran ini juga dapat diketahui bahwa dimensi kemudahan masih bernilai paling rendah untuk 3 indikator pernyataan di antaranya tentang petunjuk penggunaan, kemudahan fitur dan kemudahan mengingat langkah-langkah penggunaan KMS dengan nilai indeks 4,45. Sedangkan nilai tertinggi ada pada aspek manfaat dari KMS MASN, yaitu pada indikator KMS MASN dapat digunakan secara fleksibel dalam melakukan pengembangan kompetensi teknis kepegawaian (bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja) indeks 4,70. Dari analisis ini ke depan fokus perbaikan KMS MASN pada dimensi kemudahan penggunaan sehingga perlu dilakukan perbaikan pada tampilan dan langkah-langkah penggunaan KMS MASN.
Dengan indeks rata-rata secara keseluruhan sebesar 4,58, menunjukkan bahwa kehadiran inovasi KMS MASN dapat disimpulkan sangat efektif dan layak untuk dikembangkan lebih lanjut untuk membantu ASN dalam melaksanakan kewajiban pemenuhan pengembangan kompetensi teknis Manajemen ASN. Inovasi ini juga potensial untuk dikembangkan lebih lanjut dalam skala dan lingkup yang lebih luas menjadi KMS ASN yang dapat menjadi platform pengembangan kompetensi bagi seluruh ASN dengan mengompilasi berbagai pengetahuan lintasi instansi baik kementerian atau lembaga non kementerian.(Boent).