Majalah X-MEDIA edisi XXI-2024

Kembali

Laporan Khusus
Memahami Pola Kerja Lintas Generasi: Membangun Kolaborasi yang Produktif di Tempat Kerja

Masing-masing generasi memiliki kelebihan dan kekurangan, yang apabila dirangkul dengan bijak, maka dapat melahirkan keunggulan yang saling melengkapi antar masing-masing generasi, sehingga menjadi kekuatan yang saling bersinergi mewujudkan visi dan misi institusi.

Heterogenitas dalam lingkungan kerja adalah sesuatu yang tidak terelakkan, baik dari jenis pekerjaan, keanekaragaman watak dan karakter rekan kerja, hingga pola pikir dan kebiasaan kerja yang salah satunya dipengaruhi oleh perbedaan generasi. Dewasa ini, dunia kerja telah dirambah oleh berbagai generasi dengan rentang usia yang berkisar antara usia 20-an tahun hingga 60-an tahun. Rentang tersebut bisa dikatakan memiliki gap yang cukup besar dan dengan adanya gap tersebut, tidak heran apabila kita harus dihadapkan dengan ragam pola kerja, budaya kerja, ataupun cara pandang terhadap sesuatu. Perbedaan signifikan yang melekat kian tumbuh menjadi sebuah karakter identik yang dimiliki oleh masing-masing generasi, yang pada dasarnya turut dipengaruhi oleh bagaimana karakter pada masing-masing generasi dibentuk oleh lingkungan sekitar pada masanya masing-masing.

Selain perbedaan karakteristik yang dapat diamati berdasarkan sisi internal masing-masing generasi, cara lingkungan eksternal dalam memberikan “treatment” juga menjadi suatu hal yang mencuri perhatian, pasalnya masing-masing generasi pun memiliki respons yang unik dalam menerima insight dan perlakuan dari orang lain. Sehingga, perlu halnya untuk mempelajari dan mengenali masing-masing karakter agar dapat menyesuaikan diri dalam memberikan perlakuan kepada setiap generasi. Namun, masing-masing generasi tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, yang apabila dirangkul dengan bijak, maka dapat melahirkan keunggulan yang saling melengkapi antar masing-masing generasi, sehingga kesenjangan usia dan generasi ke depannya tidak lagi menjadi hambatan, melainkan menjadi kekuatan yang saling bersinergi mewujudkan visi dan misi institusi.

Konsep tentang adanya kategorisasi generasi dalam lingkup manajemen sumber daya manusia pada dasarnya sudah ada sejak lama, namun hingga kini konsep kategorisasi generasi terus berkembang dari waktu ke waktu. Namun secara lebih spesifik, saat ini kita telah mengenal beberapa kelompok generasi yang populer berdasarkan tahun kelahiran dan pengalaman historis, yang kerap kali kita temui dalam lingkungan kerja. Menurut Yanuar Surya Putra, 2016 dalam Jurnal Penelitiannya yang berjudul Teori Perbedaan Generasi, pengelompokan generasi yang dikemukakan oleh beberapa peneliti memiliki pembagian tahun lahir yang berbeda tergantung dari skema yang digunakan. Namun secara garis besar, terdapat 4 (empat) tingkat generasi yang terbilang masih produktif dalam dunia kerja, yakni Generasi Baby Boomers (kelahiran Tahun 1946 - 1964), Generasi X (kelahiran Tahun 1965 - 1980), Generasi Y atau Millennials (kelahiran Tahun 1981 - 1996), dan Generasi Z (kelahiran Tahun 1997 - 2012). Adapun berdasarkan journal research, karakteristik pada masing-masing generasi yang menjadikannya unik, dapat dijabarkan sebagai berikut.

  1. Generasi Baby Boomers

Generasi ini pada dasarnya tumbuh ketika zaman belum modern dan lapangan pekerjaan juga terbilang cukup minim, hal tersebut secara tidak langsung menumbuhkan jiwa kompetitif bagi mereka yang lahir dan tumbuh pada masa ini. Selain itu, karakter yang paling menonjol yang ada dalam diri generasi baby boomers biasanya memiliki komitmen yang tinggi, mandiri, optimis, kompetitif, matang, anti kritik, pekerja keras, dan loyal.Dari segi cara berkomunikasi, generasi ini cenderung lebih menghargai formalitas dan keterusterangan dalam berkomunikasi. Generasi baby boomer juga senang apabila diberikan informasi dan detail latar belakang dari informasi yang diperolehnya. Generasi baby boomer seringkali memiliki kecenderungan untuk membimbing pekerja yang lebih muda dengan berbagi ilmu dan bekal pengalaman yang dimilikinya, serta lebih menghargai pengakuan atas pengetahuan mereka.

  1. Generasi X

Sifat dasarnya adalah Skeptis, sehingga generasi X cenderung lebih tertutup, sangat independen dan memiliki potensi, tidak bergantung pada orang lain untuk menolong mereka. Karena sikapnya yang skeptis dengan loyalitas dan etos kerja, generasi X ini terkesan lebih individual. Dari segi berkomunikasi, generasi X menghargai gaya komunikasi yang fleksibel dan informal. Mereka juga sangat terbuka terhadap berbagai perkembangan teknologi yang ada, termasuk media komunikasi, sehingga generasi ini cenderung lebih nyaman memanfaatkan berbagai media komunikasi yang berbasis teknologi. Generasi X pada dasarnya menghargai kebebasan dan waktu istirahat, sehingga mereka akan lebih senang jika dihubungi pada jam kerja saja.

  1. Generasi Y atau Millennials

Generasi Y atau yang lebih populer dengan Millennial menjadi kelompok generasi yang mendominasi dalam dunia kerja. Generasi ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari lingkungannya tumbuh, strata ekonomi, dan status sosial keluarga. Umumnya, generasi ini sangat terbuka dengan perkembangan teknologi, dan kehidupannya juga cenderung banyak dipengaruhi oleh bagaimana teknologi itu berkembang, seperti halnya pengaruh sosial media, media komunikasi instan, dan sebagainya yang memberikan kemudahan dalam mengakses ataupun menerima berbagai informasi dari berbagai arah. Hal itu lah yang kemudian menjadikan generasi ini lebih terbuka terhadap pandangan global, pandangan politik, dan ekonomi, serta lebih reaktif dalam merespon perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya.Dari segi cara berkomunikasi, para Millennial yang tumbuh dalam era gempuran media komunikasi instan, generasi ini cenderung menghargai komunikasi yang memfasilitasi kolaborasi tim dan kerja sama tim.

  1. Generasi Z

Generasi Z perlahan mulai memasuki lingkungan kerja, dan sebagian besar sedang berada dalam tahap awal atau fase pengenalan terhadap dunia kerja. Generasi Z juga dikenal dengan iGeneration atau generasi internet. Generasi ini pada dasarnya memiliki kesamaan dengan generasi Y, namun generasi Z lebih mampu mengaplikasikan berbagai kegiatan dalam satu waktu atau multi tasking, sehingga tidak jarang mereka juga sering terdistraksi oleh kegiatan lain ketika hendak mencoba fokus untuk mengerjakan suatu kegiatan. Generasi ini tumbuh dalam lingkungan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), yang membuat mereka memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap pekerjaan, pendidikan, bahkan dunia. Mereka memiliki harapan yang berbeda dalam tempat kerja, berorientasi karier, ambisius, memiliki kemampuan teknis dan pengetahuan bahasa yang tinggi. Oleh karena itu, mereka pada dasarnya dapat dikatakan sebagai tenaga kerja yang baik dan efektif.Generasi ini cenderung lebih menghargai apabila pekerjaannya dilihat berdasarkan kualitas bukan dari berapa jam yang mereka habiskan untuk bekerja. Mereka juga suka mengeksplorasi hal-hal baru, dan cenderung memilih kepraktisan atau hal yang instan. Dari segi cara berkomunikasi, para Gen Z lebih dominan terhadap transparansi dan umpan balik yang konstruktif. Gen Z lebih menyukai manajemen yang kolaboratif dan terlibat dengan orang lain secara langsung.

Adanya perbedaan yang telah dijabarkan diatas tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam penerapan pola kerja lintas generasi. Karena perbedaan yang ada justru riskan menimbulkan gesekan yang apabila tidak ditanggapi dengan bijak, maka bisa saja menimbulkan konflik yang lebih besar. Tantangan tersebut dapat berupa respon atau sikap toleransi terhadap gaya komunikasi antar generasi yang berbeda, kemampuan masing-masing generasi dalam beradaptasi dengan lingkungan yang dinamis, ketahanan terhadap lingkungan kerja yang fluktuatif atau tidak menentu, respon dalam menghadapi tekanan.

Untuk membangun sinergi dan kolaborasi yang efektif dan berkesinambungan antar masing-masing generasi, perlu mengedepankan sikap yang terbuka dan fleksibel sehingga bisa menyesuaikan diri dengan siapa pun. Selain itu, diperlukan sikap yang apresiatif dan tidak sungkan untuk mengakui kontribusi rekan kerja secara terbuka sehingga dapat meningkatkan motivasi dan mendorong keterlibatan secara lebih masif dalam setiap kelompok kerja pada institusi. Untuk menghindari saling tersinggungnya antar rekan kerja lintas generasi, penting halnya untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat di mana setiap generasi merasa dihargai dan didengar. Dengan begitu rasa kepercayaan satu sama lain pun akan semakin terbentuk dengan erat sehingga kolaborasi yang efektif diharapkan dapat terjalin dengan baik. Memahami pola kerja lintas generasi adalah kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan kekuatan dan keunikan setiap generasi, organisasi dapat memperkuat kolaborasi, inovasi, dan keberlanjutan jangka panjang (Sry).